Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) diminta oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk mulai melakukan pengembangan pada sektor wisata halal. Hal ini mendapat banyak sambutan yang baik dari Kemenparekraf dan para pelaku usaha. Sebab, saat ini sektor wisata halal semakin berkembang dan berpotensi besar di Indonesia.
Menerapkan aspek halal pada sektor pariwisata juga bisa memberikan dampak yang positif. Seperti yang diungkapkan seorang General Manager Hotel di Bali bahwa pihak mendapat respons positif sejak mendirikan hotel dengan aspek halal meski sekelilingnya merupakan hotel non-halal.
“Wisatawan makin banyak yang berkunjung ke hotel ini sejak kami lakukan sertifikasi halal. Bagus sekali prospeknya, “ katanya, mengutip Republika.
Seperti yang kita ketahui, Bali merupakan destinasi para wisatawan asing yang ada di seluruh penjuru dunia. Sehingga sudah sewajarnya jika lebih banyak dipenuhi oleh wisata-wisata modern yang tidak menerapkan aspek halal. Namun hal tersebut justru dijadikan peluang untuk mengembangkan wisata halal di sana agar bisa dinikmati umat muslim.
Untuk lebih memahami bagaimana konsep wisata halal dan prospeknya, simak penjelasan dibawah ini !
Konsep Wisata Halal
Konteks halal dalam pariwisata mengacu pada berbagai fasilitas tambahan yang bertujuan untuk memudahkan wisatawan muslim menjalankan kewajibannya saat berlibur. Singkatnya, wisata ini menekankan pada segala hal yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam sehingga ramah untuk umat muslim (Muslim-friendly).
Lantas, seperti apa konsep wisata halal yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini ? Destinasi wisata harus memenuhi beberapa unsur agar bisa disebut sebagai wisata halal yakni fasilitas ibadah yang memadai (mushola, tempat wudhu, hingga perlengkapan sholat), tersedia makanan dan minuman halal, adanya larangan untuk melakukan aktivitas non-halal, dan tentunya no Islamophobia. Selain itu, para wisatawan muslim juga diharapkan mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan dan lebih berkesan dengan wisata halal.
Konsep-konsep tersebut dapat ditemui pada 5 aspek penting pariwisata yaitu transportasi halal, hotel halal, makanan halal, keuangan halal, maupun paket tur halal.
Wisata Halal, Bagaimana Prospeknya ?
Wisata halal sebenarnya merupakan perkembangan dari wisata religi dan wisata syariah yang sudah ada sebelumnya. Bahkan dalam dunia pariwisata, wisata religi disebut sebagai the oldest tourism in world. Sebab, kegiatan ziarah yang diidentikan dengan wisata religi sudah populer dilakukan orang-orang terdahulu.
Sementara wisata syariah sudah banyak kita temui pada hotel-hotel syariah yang kini tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Di mana yang dimaksud syariah yaitu mengedepankan prinsip-prinsip agama Islam atau sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Mengembangkan wisata halal di Indonesia seharusnya bukan suatu hal yang sulit untuk direalisasikan. Banyak penghargaan yang sempat diraih oleh sejumlah destinasi wisata halal yang ada di negara ini. Pertama, Lombok yang pernah meraih penghargaan World Halal Travel Awards di Abu Dhabi sebagai “The World Best Halal Tourism Destination” tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016, Aceh yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekah juga langsung menyabet penghargaan dari World Halal Tourism Award sebagai “World’s Best Halal Cultural Destination” dan “Best Airport for Halal Travellers”.
Tak hanya sampai disitu saja, potensi wisata halal semakin nampak saat Indonesia berhasil menempati posisi pertama dari 130 negara sebagai “Wisata Halal Terbaik di Dunia” menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2019.
Menurut GMTI, penghargaan tersebut diraih Indonesia karena kedatangan wisatawan muslim dari luar negeri ke Indonesia sudah mencapai 20 persen atau hampir 15 juta orang. Kemudahan komunikasi, aksesibilitas, pelayanan serta lingkungan yang mendukung di destinasi wisata halal juga menjadi aspek penilaian.
Bahkan hingga Juli 2021 lalu, Indonesia masih masuk dalam daftar 20 destinasi wisata halal terbaik versi GMTI. Meski sebelumnya sempat menempati posisi teratas, namun tahun 2021 Indonesia masih mendapat penilaian baik dan berhasil berada di urutan keempat. GMTI pun memprediksi tahun 2026 mendatang, sekitar 230 juta wisatawan muslim dari seluruh dunia akan berkunjung ke Indonesia.
Melihat hal itu, banyak pihak termasuk Menparekraf Sandiaga Uno optimis apabila pengembangan wisata halal berpotensi besar di negara kita. Ditambah lagi, sebagian besar masyarakat negara kita adalah muslim. Hal ini tentu menjadi bekal kita untuk semakin mudah memajukan sektor wisata halal di Indonesia.
Maka dari itu, besarnya prospek wisata halal ini harus menjadi fokus Kemenparekraf serta seluruh masyarakat untuk mengembangkannya. Para pelaku usaha di sektor wisata bisa memanfaatkan peluang besar ini untuk membangkitkan wisata halal dengan menciptakan destinasi wisata yang nyaman bagi para wisatawan muslim. Indonesia bisa mencontoh Malaysia dan Turki yang juga terkenal sebagai moslem friendly tourism tanpa menghilangkan kearifan lokal serta budaya khas mereka.